PENGUJIAN STABILITAS MINYAK
PENGUJIAN STABIIITAS MINYAK
I.
TUJUAN
a.
Untuk mengetahui
kestabilan minyak goreng sawit dengan perlakuan penggorengan menggunakan bahan
kering dan basah berdasarkan perubahan kadar asam lemak bebas (FFA)
b. Untuk
mengetahui hal-hal yang bisa menyebabkan kerusakan minyak goreng yang menyebabkan
terjadinya ketidakstabilan pada minyak goreng.
II.
TEORI
Minyak goreng yang baik mempunyai
sifat tahan panas yang baik, stabil pada cahaya matahari, tidak merusak rasa
hasil penggorengan, menghasilkan produk dan rasa yang bagus, asapnya sedikit
setelah digunakan berulang-ulang, serta menghasilkan warna keemasan pada
produk. Namun kerap kali minyak goreng akan cepat mengalami kerusakan karena
bahan yang digoreng memiliki kandungan air yang tinggi dan digunakan
berulang-ulang.
Minyak goreng biasanya bisa
digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan. Jika digunakan berulang kali,
minyak akan berubah warna. Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang
terdapat pada asam lemak tak jenuh akan
putus membentuk asam lemak jenuh Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung
asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam
lemak jenuhnya.
Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang
terkandung dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak
tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak
jelantah. Penggunaan minyak berkali-kali akan membuat ikatan rangkap minyak
teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik,
minyak yang seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan ,Suhu yang semakin
tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin naik. Minyak nabati dengan
kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang
digoreng menjadi berbahaya bagi kesehatan.
Selain karena penggorengan
berkali-kali, minyak dapat menjadi rusak karena penyimpanan yang salah dalam
jangka waktu tertentu sehingga ikatan trigliserida pecah
menjadi gliserol dan
asam lemak bebas.
III.
ALATDANBAHAN
a. Peralatan yang dipakai adalah :
·
Media Pemanas
·
Wajan Penggorengan
·
Sendok Goreng
·
Erlenmeyer
·
Buret
·
Pipet tetes
b. Bahan-bahan yang di pakai adalah :
·
Minyak goreng sawit
·
Kerupuk
·
Tahu
·
Alkohol netral
·
Aluminium Foil
·
KOH 0,1 N
IV.
CARA
KERJA
1. ALB dari minyak goreng sawit diukur sebelum dilakukan
penggorengan
2. Minyak digunakan untuk menggoreng bahan kering dan
basah
3. Pengukuran kadar Asam lemak bebas kembali dilakukan
setelah minyak digunakan
V.
PERHITUNGAN
ALB sebelum penggorengan
=1,075
ALB setelah penggorengan (Kering)
=1,532
ALB setelah penggorengan (Basah)
=1,768
VI.
DATA
PENGAMATAN
No
|
ALB
Sebelum Penggorengan
|
ALB
Setelah Penggorengan
|
|
Kering
|
Basah
|
||
1.
|
1,075
|
1,532
|
1,768
|
VII.
PEMBAHASAN
Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui tignkat kestabilan minyak goreng sawit
yang diberi perlakuan penggorengan menggunakan bahan kering dan bahan basah
berdasarkan perubahan FFA serta mengetahui hal-hal yang bisa menyebabkan
kerusakan minyak goreng yang dapar menyebabkan ketidak stabilan pada minyak
goreng.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak
goreng. Diantaranya adalah suhu. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan reaksi
oksidasi akan lebih cepat terjadi. Dengan terjadinya reaksi oksidasi, maka asam
lemak bebas otomatis akan naik.
Hal inilah yang terjadi pada penggorengan bahan kering dan
bahan basah. Untuk bahan kering sendiri praktikan menggunaka kerupuk sebagai
sampel, sedangakn untuk bahan basah praktikan menggunakan tahu sebagai sebagai
sampel.
Sebelum dilakukannya penggorengan, kadar asam lemak bebas
dari minyak goreng yang akan digunakan adalah sebesar 1,075. Setelah dilakukan
penggorengan bahan kering, Asam Lemak Bebas naik menjadi 1,532. Hal ini
disebabkan oleh adanya ikatan rangkap minyak
yang teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.
Ditambah lagi dengan suhu tinggi yang digunakan untuk melakukan penggorengan.
Untuk bahan basah sendiri, asam lemak bebasnya lebih
tinggi dari pada asam lemak bebas yang diakibatkan oleh penggorengan kering.
Hal ini disebabkan oleh bahan basah dalam hal ini tahu mengandung air. Ketika
suhu minyak tinggi dan tahu digoreng maka akan terjadi proses oksidasi. Ditambah
dengan adanya kandungan air pada bahan maka proses oksidasi dengan mudahnya
terjadi.
Namun, ada faktor lain yang menyebabkan
terjadinya kenaikan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng yang telah
digunakan pada praktikum ini, hal itu
adalah cahaya dan ion logam. Cahaya bisa menjadi
katalis yang baik untuk terjadinya proses oksidasi.
VIII.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktek ini adalah
1. Jika
dibandingkan, kestabilan minyak goreng hasil penggorengan bahan kering lebih
stabil dari pada minyak goreng hasil penggorengan bahan basah. Hal ini
disebabkan oleh proses oksidasi lebih banyak terjadi dibahan basah yang
mengandung air.
2. Hal-hal
yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak adalah
a. oksigen
dan ikatan rangkap Semakin banyak ikatan rangkap dan oksigen yang
terkandung maka minyak akan semakin cepat teroksidasi.