projek pembuatan land aplication pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit
-
Pengaplikasian
limbah cair pks ke perkebunan kelapa sawit
Laju
perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia semakin pesat, baik peningkatan
luas lahan kelapa sawit maupun peningkatan jumlah pabrik pengolahan kelapa
sawit. Peningkatan luas lahan kelapa sawit akan memerlukan jumlah pupuk untuk
pertumbuhan tanaman kelapa sawit, sedangkan peningkatan pabrik pengolahan
kelapa sawit akan meningkatkan kerusakan lingkungan terutama lingkungan
perairan karena limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit (LPKS) selalu
dibuang ke sungai. Limbah pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai kandungan
hara yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa sawit, sehingga untuk
menghindari pencemaran lingkungan dan untuk mengatasi kebutuhan pupuk, limbah
PKS memungkinkan untuk dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa sawit. Menurut Djajadiningrat dan Femiola (2004)
dari 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat dihasilkan 600-700 kg
limbah cair. Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu merupakan
potensi yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun
sebaliknya akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya
tidak dilakukan dengan baik dan profesional.
Menurut
Loebis dan Tobing (1989) limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung
unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut
berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di
samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia
tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah. Berdasarkan hal tersebut maka
perlu ada pengolahan limbah yang professional untuk mengurangi dapak pencemaran
air dan lingkungan dan dapat memiliki nilai guna bagi pabrik itu sendiri.
Limbah
pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai kandungan hara yang dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan kelapa sawit, sehingga untuk menghindari pencemaran
lingkungan dan untuk mengatasi kebutuhan pupuk, limbah PKS memungkinkan untuk dimanfaatkan,
pada lahan perkebunan kelapa sawit. limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit
mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah
cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman
kelapa sawit, disamping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan
sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah. Berdasarkan
hal tersebut perencanaan ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemanfaatan LPKS
sebagai pupuk terhadap tanah agar dapat
membuktikan bahwa pemanfaatan LPKS tidak mencemari lingkungan.
Tujuan
1.
Untuk
mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair pks.
2.
Untuk
mengurangi jumlah pupuk kimia yang digunakan pada lahan sawit.
3.
Untuk
mengetahui dampak penggunaan LPKS pada tanaman kelapa sawit
Metodelogi
Proyek akan
dilakukan di perkebunan kelapa sawit sungai pagar, kecamatan perhentian raja,
kab. Kampar pekanbaru,riau . yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 juli tahun
2014 dan selesai pada 31 agustus 2014 . Aplikasi LPKS ke areal perkebunan
diambil dari kolam anaerobic, Kolam anaerobic adalah bagian dari pengolahan
limbah cair kelapa sawit dengan system facultative. Kolam ini berfungsi untuk
menguraikan zat-zat organik yang terkandung dalam limbah cair. Sistem
penguraian menggunakan koloni bakteri (massa mikroba) yang terdapat dalam
lumpur organik. Proses ini diharapkan mampu menurunkan COD hingga 70% sehingga
kandungan lumpur aktifnya berkisar 25%-30%. Pada kolam ini, proses anaerobik
berjalan secara terus menerus. Limbah cair kemudian di pompa sebagai pupuk ke
kebun kelapa sawit. dengan system parit bersekat. Pembuatan konstruksi dibuat
di gawangan mati, di antara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit
dengan kemiringan tertentu. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah ke bak
penampungan (bak distribusi) yang berada di areal paling atas, setelah itu
dialirkan ke parit-parit bersekat yang telah dibuat digawangan mati tanaman
kelapa sawit.
Jika proses
ini berjalan dengan baik, kemungkinan dapat memberi keuntungan bagi pabrik atau
perusahaan karena dapat menghemat penggunaan pupuk, waktu, biaya dan tenaga.
Beberapa hasil penelitian pada areal perkebunan sawit menunjukkan bahwa
aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) dengan Biological Oxygen
Demand (BOD) dalam kisaran 3.500-5.000 mg/l dapat memperbaiki beberapa sifat
kimia tanah mineral masam (Ultisol) di sekitar
gawangan mati pokok kelapa sawit, seperti peningkatan pH, ketersediaan
kation-kation K (kalium), Ca (kalsium), dan Mg (magnesium), Kapasitas Tukar
Kation (KTK), bahan organik tanah, hara N, dan P dan peningkatan tersebut sejalan dengan waktu
dan frekuensi pemberian LCPKS serta peningkatan pemberian dosis LCPKS. Hasil
penelitian Siregar dan Tony Liwang (2001), Ali Muzar (2006), dan Budianta
(2007) menunjukkan bahwa aplikasi LCPKS memberikan respon yang relatif sama
baiknya dengan aplikasi pupuk anorganik terhadap status hara daun.
Limbah Cair Kelapa Sawit berasal dari
kondensat, stasiun klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan
istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan sisa buangan yang tidak
memiliki racun tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi karena kandungan
organiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar
45.000-65.000 mg/L (Chin et al.,1996). Limbah cair yang dihasilkan tersebut
harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair melalui
sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan pertanian. Limbah cair
dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1.
Kolam
Pendinginan
Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki
temperatur 75-90
.
Agar proses dekomposisi secara biologis berlangsung maka temperaturnya
diturunkan hingga 37
dengan mengatur pH antara 7,0-7,5 untuk
menghindari bau yang menyengat
2.
Kolam
Pengasaman
Pada kolam pengasaman akan terjadi
penurunan pH dan pembentukan karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan
selama 30 hari.
3.
Kolam
Pembiakan Bakteri
Pada fase ini terjadi pembiakan
bakteri, bakteri tersebut berfungsi untuk pembentukan methane, karbondioksida
dan kenaikan pH. Proses pembiakan bakteri hingga limbah tersebut dapat
diaplikasikan memerlukan waktu 30-40 hari. (Kittikun et al., 2000).
Tahapan
pelaksanaan
PERENCANAAN
|
PEMBUATAN PARIT
|
PENINJAUAN LOKASI
|
PEMASANGAN PIPA
|
PEMBUTAN PINTU
ALIRAN
|
PEMBUATAN KOLAM
DISTRIBUSI
|
PENYAMBUNGAN SEMUA UNIT
|
EVALUASI
|
PELAPISAN PIPA
|
PENGELASAN PIPA
|
PENJELASAN FLOW
CHART
1.
Perencanaan
Perencanaan pembuatan kolam untuk pengaplikasian dilakukan di block R,
hal ini telah dipertimbangkan karena block R adalah areal paling dekat dengan
pengolahan limbah dipabrik. Hal ini
diharapkan akan dapat mempercepat pendistribusian air limbah dari kolam aerobic
ke kolam distribusi yang berada di block R.
2.
Peninjaun
lokasi
Peninjauna lokasi diperlukan untuk menentukan dimana paling ideal di buat
kolam distribusi dan parit-parit sebagai tempat mengalir limbah yang
diaplikasikan sebagai pupuk. Setelah dilakukan peninjaun, kolam distribusi
berada di areal paling depan block R karena pada areal ini memiliki tingkat
ketinggian yang sesuai. Lokasi ini perlu ditentukan secara baik dari segala
sudut pandang baik dari pendistribusian air limbah dari kolam anaerobic ataupun
dari pendistribusian air limbah ke parit-parit yang berada di gawangan mati.
3.
Pembuatan
parit
Parit- parit dibuat disepanjang gawangan mati di block R, pemilihan
gawangan mati karena di areal ini tidak akan mengganggu proses pengangkutan buah
kelapa sawit ke tempat pengumpulan buah, dan juga tidak mengganggu saat
pengambilan buah dari pohonnya. Ukuran pembuatan parit adalah dengan lebar 0.5
meter dan kedalaman 0.5 meter di sepanjang gawangan mati pada block R.
Pengukuran lokasi
|
Pembuatan parit
|
Pemberian tanda di titik lokasi
|
Evaluasi
|
Pembuatan pintu parit
|
Penjelasan
1.
Pengukuran
lokasi
Lokasi ditetapkan pada gawangan mati
tanaman kelapa sawit, parit dibuat di sepanjang gawangan mati, tali digunakan untuk menentukan kelurusan
parit. Ukuran parit dibuat dengan lebar
50 cm dan kedalaman 50 cm.
2.
Pemmberian
tanda dititik lokasi
Setelah dilakukan pengukuran,
pemberian titik dilakukan agar para pekerja mengetahui titik mana yang akan
dibuat parit.pembuatan titik lokasi dilakukan disepanjang jalur mati pada block
R.
3.
Pembutan
parit
Setelah dilakukan pengukuran dan
pemberian tanda, selanjutnya pembuatan parit dilakukan dengan menggunakan
cangkul. Jumlah aprit yang dibuat pada gawangan mati di block R berjumlah 25
jalur dengan panjang 100 meter.
4.
Pembutan
pintu parit
pintu parit di buat untuk mempermudah
proses pemupukan. Pada saat tiba waktu pemupukan maka pintu-pintu itulah yang
dibuka untuk mengalirkan air limbah ke parit-parit pada gawangan mati.,
pembuatan pintu parit berdekatan dengan kolam distribusi yang berada pada kolam
paling atas.
5.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memastikan
pengerjaan sesuai dengan prosedur, dan untuk memastikan proyek selesai pada
waktu yang telah ditetapkan.
4. Pemipaan
Pipa
distribusi air limbah dari kolam anaerobic menggunakan pipa baja yang tahan karat,
1 tiang pipa hanya memiliki panjang sekitar 10 meter, jarak antara kolam
anaerobic dan kolam distribusi adalah 500 meter, jadi diperlukan 50 pipa, 50
pipa tersebut dilakukan penyangbungan dengan system pengelasan.
Untuk
mengurangi terjadinya pengkartaan pada pipa, pipa dilapisi dengan menggunakan
lembaran allumunium dengan ketebalan tertentu. Alumunium digunakan untuk
melapisi baja dari degradasi karena pengaruh lingkungan, pelapisan alumunium
dilakukan pada semua pipa baja yang digunakan untuk distribusi air limbah ke
kolam distribusi. Pipa –pipa yang telah dilakukan pengelasan dan pelapisan maka
pipa tersebut dilatakkan diatas tanah.
5. Pembuatan
kolam distribusi
Tahapan Pembutan kolam distribusi
Pengecoran kolam
|
Pemasangan
pondasi
|
Evaluasi
|
Pemasangan pintu alir
|
Pengukuran lokasi
|
Penjelasan
1.
Pengukuran
kolam
Bertujuan
untuk menentukan titik dimana kolam distribusi akan dibangun, dengan dilakukan
pengukuran kita dapat mengurangi kesalahan dalam pembuatan kolam distribusi.
Kolam limbah yangakan dibuat berukuran panjang 10 meter lebar 5 dan tinggi 2
meter. Kolam distribusi terletak di areal paling atas yang berada di block R.
hala ini bertujuan agar air limbah dapat mengalir ke parit-parit pada gawangan
mati.
2.
Pemasangan
pondasi kolam.
pondasi adalah tiang yang
digunakan untuk penyangga atau penopang dinding kolam, dengan adanya pondasi
maka dapat memperkokoh kolam tersebut.
3.
Pengecoran
kolam
Adalah kegiatan pembuatan
dinding-dinding dan lantai kolam.
4.
Pemasangan
pintu alir
Pintu alir berfungsi untuk
membuka dan menutup air limbah untuk pendistribusian ke parit-parit pada
gawangan mati.
5.
Evaluasi
dilakukan untuk melihat dan mengecek hasil kerja yang dilakukan, jika ada
kesalahan maka dapat dilakukan perbaikan.
6. Pemasangan
pompa
Untuk pendistribusian air limbah ke kolam
distribusi menggunakan 2 mesin pompa. Dua mesin digunakan untuk mempercepat
disrtibusi air limah dan sebagai cadangan jika terjadi kerusakan pada mesin
pompa, pipa yang digunakan untuk mengambil air limabah dari kolam anaerobic
menggunakan pipa yang terbuat dari baja yang tahan karat, dan diujung pipa
diberi penyaring agar tidak terjadi penyumbatan pada di bagian penyambung pipa
dan mengurangi tertundanya waktu pengiriman limbah. Penyaring pada ujung pipa
dibersihkan secara berkala dan diganti jika penyaring sudah bekerja kurang
maximal.
7. Evaluasi
Setelah
semua pengerjaan pembuatan parit , pengelasan dan pelapisan pipa, pembuatan
kolam distribusi selesan evaluasi perlu dilakukan agar semua proses dapat
berjalan dengan baik, semua hal harus benar-benar diperhatikan seperti
kemiriangan parit agar air limbah dapat mengalir atau pengecekan pipa-pipa yang
telah dilakukan pengelasan, semua hal haru benar-benar diperhatikan.
8. Pengujian
alat
Sebelum proyek ditutup dilakukan
terlebih dahulu pengujian pada semua system agar semua system dapat berjaan
sesuai rencana.
Tahapan
pelaksanaan
No
|
Nama kegiatan
|
Duration
|
start
|
Finish
|
1
2
3
4
5
3
7
8
9
10
11
12
|
Perencanaan
peninjauan lokasi
pembuatan parit
pengelasan pipa
pelapisan pipa
penimbunan pipa
pembuatan kolam distribusi
evaluasi
penyambungan semua unit
pembuatan pintu aliran
pengujian alat
penutupan proyek
|
10 hari
1 hari
11 hari
3 hari
5 hari
5 hari
12 hari
5 hari
3 hari
2 hari
2 hari
1 hari
|
01 juli 2014
15 juli 2014
16 juli 2014
17 juli 2014
22 juli 2014
29 juli 2014
31 juli 2014
16 agustus 2014
21 agustus 2014
26 agustus 2014
28 agustus 2014
30 agustus 2014
|
15 juli 2014
30 juli 2014
21 juli 2014
28 juli 2014
04 agustus 2014
15 agustus 2014
20 agustus 2014
25 agustus 2014
27 agustus 2014
29 agustus 2014
30 agustus 2014
31 agustus 2014
|
Penjadwalan
Kesimpulan
1.
Pemanfaatan
limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dijadikan pupuk, karena
pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan perkebunan
kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisika–kimia tanah.
2.
Pengolahan
limabah cair kelapa sawit dengan pengaplikasian ke lahan kelapa sawit dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
3.
Penggunaan
limbah cair pabrik pengolahan sawit pada lahan sawit dapat meningkatkan
kesuburan tanah terutama tanah yang berdekatan dengan parit-parit yang
dijadikan tempat air limbah mengalir.
4.
Pemanfaatan
limbah cair kelapa sawit dapat mengurangi dampak pencemaran air dan
lingkungan,dan memiliki nilai guna yang lebih bagi pabrik itu sendiri.
5.
Pengolahn
limbah yang dilakukan secara profesinal dapat mengurangi pandangan buruk
masyarakat tentang limbah kelapa sawit.
6.
Pengolahan
limbah cair kelapa sawit untuk diaplikasikan ke lahan kelapa sawit hanya sampai kolam anaerobic selanjutnya dapat
langsung diaplikasikan langsung ke lahan.