parameter analisis analisa kualitas minyak sawit
2.1 Parameter Analisis Kualitas Minyak Sawit
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak sawit mentah
yang tidak bisa langsung dikonsumsi melainkan harus mengalami pengolahan lebih
lanjut. Proses pengolahan
CPO menjadi produk turunannya sangat ditentukan oleh kualitas CPO yang akan di
olah. Di Laboratory Services MRC untuk penentuan kualitas CPO
menggunakan metode analisa yang berdasarkan SNI 01-2901-2006. Parameter-parameter yang dianalisa pada CPO
ialah kadar FFA (Free Fatty Acid), kadar
air (Moisture), kadar
kotoran CPO (Impurities), DOBI (Deteoration Of Bleachability Index) dan Bilangan Iodium (Iodine Value) dengan prosedur analisa yang
ditampilkan pada Lampiran 6.
a. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas (ALB) merupakan asam yang di bebaskan pada
hidrolisa lemak. Nilai ALB mengindikasikan kualitas CPO, dimana
kadar ALB tinggi menunjukkan kualitas rendah dan mudah
mengalami ketengikan.
ALB juga mempengaruhi proses pemurnian
CPO, karena CPO dengan
nilai ALB tinggi akan membutuhkan biaya
pemurnian yang
tinggi, oleh sebab itu ALB dalam CPO haruslah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Di Laboratory Services MRC, kadar
maksimum ALB
dalam CPO adalah 3,5 %. Asam
lemak yang terkandung dalam CPO adalah
asam palmitat,
asam stearat, asam oleat dan asam linoleat. Asam lemak dominan yang terdapat dalam CPO adalah asam
palmitat (C15COOHCH3 (CH2)4COOH)
dengan berat molekul 256, sehingga perhitungan kadar ALB pada CPO berdasarkan
berat molekul asam palmitat. Peningkatan ALB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah tingginya kadar air yang terdapat pada
CPO, dimana air yang terdapat pada CPO ini dapat memicu terjadinya hidrolisis
minyak yang akan menghasilkan ALB.
b. Kadar Air (Moisture)
Kadar air yang
terkandung dalam CPO sangat
berpengaruh terhadap kualitas. Air dalam CPO dapat disebabkan oleh kurangnya
efisiensi pada proses pemurnian minyak serta steam yang digunakan pada saat
proses masih tercampur dengan minyak. Syarat
kadar air CPO produksi yang diizinkan adalah 0,20 %. Untuk mendapatkan kadar air sesuai yang
diinginkan maka dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan. Hal
ini bertujuan untuk menekan dan menghambat hidrolisis minyak yang akan menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas serta mengakibatkan bau tengik pada minyak.
c. Kadar
Kotoran (Impurities)
Selain
kadar ALB dan kadar air,
kadar kotoran juga sangat berpengaruh terhadap kualitas CPO. Pengujian
kadar kotoran diperlukan untuk mengetahui derajat kemurnian minyak. Kotoran dalam minyak terdiri dari
bahan mineral yang terdapat bersama kotoran organik. Nilai maksimal kadar kotoran pada CPO
adalah 0,02%.
d. DOBI
dan Carotene
DOBI (Deteoration Of Bleachability
Index) adalah indeks
derajat kepucatan minyak sawit mentah yang
menunjukkan tingkat kemudahan terhadap pemucatan minyak tersebut. Nilai DOBI yang
tinggi pada CPO menunjukkan kualitas CPO tersebut
semakin bagus dan sangat penting untuk membantu proses pemurnian minyak selanjutnya. Nilai DOBI
ini dapat diuji dengan melarutkan
CPO dalam Hexane lalu
diukur dengan menggunakan alat Spektrofotometer
UV-Visible sehingga hasil analisis DOBI bisa langsung didapat tanpa
perhitungan secara manual. Rendahnya nilai DOBI dapat disebabkan oleh tingginya
persentase tandan buah mentah, keterlambatan dalam pengolahan, kontaminasi CPO
dengan kondensat sterilizer serta suhu pemanasan CPO ditangki pemanasan terlalu
tinggi.
e. Bilangan
Iodium (Iodine Value)
Bilangan Iodium menunjukkan derajat ketidakjenuhan suatu bahan Lemak yang tidak
jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom iodium ditambahkan
pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin banyak iodium yang digunakan
semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak. Asam lemak jenuh
biasanya berwujud padat dan asam lemak tidak jenuh berwujud cair, Bilangan iodium dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh
100 g minyak atau lemak.