parameter analisa limbah pabrik kelapa sawit
2.1 Parameter Analisa Limbah pabrik kelapa sawit
Dalam pengolahan air limbah industri kelapa sawit, dikenal beberapa parameter utama yaitu: Oksigen
terlarut atau Dissolved Oxygen (DO),
Kebutuhan Oksigen Biologis atau Biologycal
Oxygen Demand (BOD5), Kebutuhan Oksigen Kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD) dan analisa Oil and
Grease. Prosedur
analisis pada limbah dapat
dilihat pada Lampiran
7.
a.
Oksigen
Terlarut (OT)
Oksigen merupakan parameter yang sangat
penting dalam air. Sebagian besar
makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya. Baik tanaman maupun hewan air
bergantung kepada oksigen yang terlarut. Keseimbangan oksigen terlarut (OT)
dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan. Mikoorganisme sebagai
makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi
yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal
dari tanaman, ganggang yang mati maupun oksigen dari udara. Bahan organik
tersebut oleh mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman
dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen dan seterusnya.
Apabila pada suatu saat bahan
organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat masuknya limbah cair oleh
aktifitas yang berarti suplay karbon (C) melimpah menyebabkan kecepatan
pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda yang berarti juga meningkatnya
kebutuhan oksigen. Sementara suplay oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi
seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang
dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen
terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol,
biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati dan digantikan dengan
tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anaerobik. Sama
halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon
dari bahan organik.
b.
Biological
Oxygen Demand (BOD5)
BOD5 adalah ukuran kandungan oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang ada di
dalam air. BOD5 ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen terlarut
pada limbah cair kelapa sawit akibat adanya mikroorganisme selama waktu lima
hari dan suhu pada suhu 20 OC. Nilai BOD5 diperoleh dari
selisih oksigen terlarut awal dengan oksigen terlarut akhir. Konsumsi
oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20 oC
selam 5 hari, dan nilai BOD5 yang menunjukkan jumlah oksigen yang
dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen
terlarut sebelum dan setelah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20 oC
ini hanya menghitung sebanyak 68 persen bahan organik yang teroksidasi, tetapi
suhu dan waktu yang
digunakan tersebut merupakan standart analisis karena untuk mengoksidasi bahan organik seluruhnya
secara sempurna diperlukan waktu yang lama, yaitu 20 hari, sehingga dianggap
tidak efisien.
Analisis BOD5 ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan
untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi,
maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan proses aerob
dan anaerob. Proses anaerob mampu merombak senyawa organik yang terkandung
dalam limbah sampai batas tertentu yang dilanjutkan dengan proses aerob secara
alami atau dengan bantuan mekanik.
c.
Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah jumlah
mg oksigen terlarut yang digunakan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam
satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7
atau KMnO4. Angka COD
merupakan ukuran pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air. Perak Sulfat (Ag2SO4)
ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi, Indicator Ferroin
digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi coklat kemerahan. Sedangkan Merkuri Sulfat (Hg2SO4)
ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di dalam
air buangan.
d.
Minyak dan Lemak (Oil
and Grease)
Minyak dan lemak
merupakan zat pencemar yang sering dimasukan kedalam kelompok padatan, yaitu
padatan yang mengapung di atas permukaan air. Lemak tergolong benda organik
yang relatif tidak mudah teruraikan oleh bakteri, jika lapisan minyak dan lemak
dalam limbah cair tinggi maka dapat menghambat pengambilan oksigen dari udara sehingga oksigen terlarut
dalam limbah menurun.