MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT
MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN
KELAPA SAWIT
Istilah umum adalah 4 tepat, yaitu: Tepat
Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya
masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu
Tepat pelaporan (data). Sehingga disebut 4
tepat, 5 sempurna.
Waktu
Pengertian waktu
di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi
pupuk sama jenis, selang waktu antar
aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan
kelembaban tanah.
Waktu pemupukan akan sangat menentukan
besarnya prosentase hara pupuk yang
dapat diserap tanaman dan juga tingkat
kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya,
pemupukan ideal dilakukan pada saat
kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat
kapasitas lapang, yaitu saat awal dan
akhir musim hujan.
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan
2 kali per tahun yaitu semester-1 dan
semester-2. Frekuensi pemupukan tergantung
jenis pupuk dan sifat lahan (tanah &
iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya
dilakukan pemupukan 3 kali per tahun,
sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali
per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan
pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu
aplikasi juga harus memperhatikan jenis
pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N)
dengan pupuk alkalis; antara pupuk K
dan Mg. Selain itu, juga selang waktu
antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis
pupuk yang sama, serta selang waktu antara
jenis pupuk yang berbeda.
Faktor yang sangat penting adalah yang
berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah
saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat
menentikan tingkat penyerapan hara pupuk
oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan
hara pupuk akibat penguapan, pencucian
dsb. Stategi berikut diberikan sebagai
pedoman pemupukan saat musim kering dan
musim hujan.
A.
Pemupukan
saat musim kering
Secara umum
pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan > 75
mm/bulan. Aplikasi
pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan volume curah
hujan dengan
ketentuan:
–
Pemupukan
dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.
–
Pemupukan
dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan
dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan
dengan dengan curah hujan 50 mm
dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.
–
Pemupukan
dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan
dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk
MOP, Kieserite, pupuk mikro segera
setelah 7 hari berturut-turut tidah hujan.
(catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan
Dolomite dapat diaplikasi karena tidak
terjadi penguapan).
B.
Pemupukan
saat musim hujan
Secara umum
pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan curah hujan
< 250 mm/bulan.
–
Pemupukan
dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.
–
Pemupukan
dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.
–
Kecuali
pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut:
Pada tanah sangat berpasir, pemupukan
diprogramkan pada bulan dengan curah
hujan < 200 mm/bulan. Pemupukan
dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per
minggu dan pemupukan dihentikan apabila
curah hujan > 40-45 mm per minggu.
–
Pada
areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis,
pemupukan dilakukan pada periode curah
hujan terendah.
Berdasarkan data curah hujan selama
puluhan tahun terakhir dan berpedoman pada
startegi d atas, maka tabel di bawah ini
memberikan perkiraan periode program
aplikasi pemupukan setiap wilayah. Namun
demikian, aplikasi pupuk aktual harus
memperhatikan curah hujan di setiap kebun.
Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk
setiap semester dapat diselesaikan dalam
waktu 2 bulan.
Timing
recommended for manual fertiliser applications
Region
Semester 1 Semester 2
Delivery
ApplicationDeliveryApplication
Sumut Feb Mar – Apr Jul Aug – Sept
Riau Feb Mar – Apr mid-Jul mid Aug – mid
Oct
Jambi (*) Mar Apr – May Aug Sep – Oct
South Sumatra (Palembang) (*)Mar Apr – May Aug Sep – Oct
Bangka Jan Feb – Mar Jul Aug – Sept
Belitung Jan Feb – Mar Jul Aug – Sept
Lampung (*) mid Feb mid Mar-mid MaySept
Oct – Nov
South Kalimantan Mar Apr – May Sept Oct –
Nov
Central Kalimantan Dec Jan – Feb Jun Jul –
Aug
West Kalimantan Jan Feb – Mar Jul Aug –
Sept
East Kalimantan Jan Feb – Mar Jul Aug –
Sept
Irian Jaya Dec Jan – Feb Jun Jul – Aug
Dosis
Aplikasi pupuk
dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis
rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk
dipengaruhi oleh: sistim pengeceran pupuk,
alat aplikasi, kondisi fisik lahan
(topografi, akses perawatan, dsb), sistim
pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk
disesuaikan dengan kemampuan wajar tenaga
angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi
menjamin bahwa alat tsb memiliki
keakuratan yang tinggi (variasi rendah)
dan mudah digunakan (applicable). Alat
dengan luas permukan semakin lebar variasi
berat akan semakin besar, misalnya
piring akan lebih besar variasi dibanding
mangkok, dan mangkok akan lebih besar
variasi dibanding tabung. Khusus untuk
pupuk HGFB sangat disarankan
menggunakan ex. tabung film,
pertimbangannya karena memiliki ketepatan yang
tinggi (± 25 gr/tab), serta kelipatannya
sesuai dengan dosis umum pupuk HGFB
yaitu biasanya kelipatan 25 gram. Alat
aplikasi juga harus memiliki kelipatan
bilangan asli (bukan desimal) dari dosis
rekomendasi.
Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus
mempertimbangkan kapasitas tanah
menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi
kapasitas tanah, maka mendorong
terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh
karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi
cenderung lebih kecil tetapi frekuensi
lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan
menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.
Jenis
Jenis pupuk yang
diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Jika
karena sesuatu hal, maka konversi pupuk
dapat dilakukan dengan menghubungi ke
SMARTRI. Konversi jenis pupuk, selain
mempertimbangkan kadar total hara, juga
tingkat kelarutan, sifat-sifat hara pupuk
dsb.
Cara
Yang dimaksudkan
adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan
cara menabur pupuk. Pertimbangannya adalah
agar tanaman dapat menyerap secara
maksimal, meminimalkan kehilangan hara
pupuk, meminimalkan kompetisi dengan
gulma, dsb. Di Perkebunan Sinar Mas
dilakukan dengan 3 cara aplikasi yaitu
manual, mekanis dengan fertilizer
spreader, dan dengan pesawat.
Hal ini terkait dengan keseragaman
(homogenitas) penyebaran pupuk. Pupuk Urea,
MOP dan Kies, disebar merata dalam
piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P
(RP, TSP dsb) ditabur di gawangan mati di
atas pelepah untuk tanaman remaja/tua.
Tindakan penyebaran pupuk ini adalah
dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara
per m2.
Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi
meningkatkan kehilangan hara
pupuk melalui pencucian (leaching) atau
aliran permukaan (run-off). Hal ini
berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah
menjerap unsure hara. Sampai dengan
saat ini, aplikasi mekanis (pesawat,
fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik,
dari produksi dan kadar hara daun.
KEHILANGAN
HARA PUPUK
Kehilangan hara
pupuk dapat melalui beberapa cara yaitu: penguapan (volatilisasi),
pencucian (leaching), aliran permukaan
(run off), erosi. Jumlah dan proporsi
kehilangan hara sangat dipengaruhi oleh
sifa-sifat unsur hara itu sendiri, apakah
banyak hilang karena penguapan, pencucian
dsb.
Penguapan
Kehilangan N pada
pupuk Urea akibat penguapan sangat beragam dan cukup tinggi
yaitu 4-60%. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penguapan:
–
Kelembaban
tanah: Aplikasi pupuk N pada saat tanah lembab, bukan saat tanah
kering atau basah melebihi kapasitas
lapang (jenuh air).
–
Pola
curah hujan: Pada saat bulan kering dan curah hujan tinggi maka kehilangan
N akan meningkat.
–
Jenis
pupuk: Meskipun harganya paling murah sebagai sumber N, tetapi pupuk
Urea terjadi penguapan yang sangat tinggi
apalagi jika tidak segera tercampur
dengan tanah setelah aplikasi.
–
Dosis
pupuk: Semakin tinggi dosis maka resiko kehilangan hara akan semakin
besar (absolut).
Pencucian
Kehilangan hara
pupuk akibat pencucian berkisar antara 3-35%. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pencucian:
–
Jenis
hara: Paling banyak adalah unsur N, dan juga K & Mg
–
Tekstur:
Tanah pasir dengan sifat sangat rendah daya memegang air dan hara
akan terjadi pencucian yang tinggi.
–
Pola
curah hujan: Semakin tinggi curah hujan maka potensi terjadi pencucian
juga akan meningkat.
–
Dosis
pupuk: Mengingat kapasitas tanah menjerap hara terbatas, maka dosis
pupuk tinggi akan berpotensi meningkatkan
terjadinya pencucian.
Aliran Permukaan
Kehilangan hara
pupuk akibat aliran permukaan dapat mencapai 22% dari N pupuk
yang diaplikasi dan 12% K pupuk. Tingkat
terjadinya aliran permukaan dipengaruhi
oleh penutupan permukan dan kemiringan
lereng. Pada tanaman TBM dengan
penutupan LCC yang baik maka akan
menurunkan proses aliran permukaan.
Sedangkan jika terjadi suatu areal sangat
terbuka misalnya sebagai akibat pemakaian
herbisida yang berlebihan, maka aliran
permukaan akan meningkat. Semakin curam
lereng maka potensi aliran permukaan juga
meningkat.
Erosi
Kehilangan hara
pupuk akibat erosi adalah sekitar 11% N yang diaplikasi, tetapi
umumnya lebih rendah untuk unsur P, K, dan
Mg.
Fenomena kehilangan hara akibat erosi
hampir sama dengan akibat aliran
permukaan. Perbedaannya adalah pada aliran
permukaan, kehilangan hara dalam
bentuk terlarut dalam air. Sedangkan yang
terjadi akibat erosi adalah kehilangan
hara dalam bentuk yang terkandung dalam
material tanah. Jadi besar hara hilang
sama dengan material tanah yang tererosi.
Erosi terjadi pada lapisan atas tanah yang
subur.