DESKRIPSI PROSES PABRIK MINYAK GORENG
DESKRIPSI PROSES PABRIK MINYAK GORENG
Pabrik
minyak goreng ini adalah pabrik yang memproduksi minyak goreng dari bahan baku
CPO atau crude palm oil. CPO yang diperoleh dari proses pressing dan
ekstraksi di pabrik kelapa sawit masih
mengandung komponen-komponen yang tidak diinginkan yaitu asam lemak bebas (FFA
atau free fatty acid ), resin, gum, protein, fosfastida, pigmen warna dan bau.
Agar dapat digunakan sebagai bahan makanan, maka CPO tersebut harus diproses
lagi di pabrik pengolahan minyak goreng.
Secara
garis besar proses pada pabrik minyak
goreng terdiri dari proses refining (pemurnian)
dan fraksinatiaon (fraksionasi). Proses pemurnian terdiri dari proses
degumming, proses netralisasi, proses bleaching dan proses deodorisasi. Minyak
yang diperoleh dari proses refining terdiri dari olein (minyak goreng) dan
stearin . dalam proses fraksionasi sterarin dipisahkan dari olein. Untuk
memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng sebagai berikut:
1.
Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deadifikasi
pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam minyak mentah. Asam
lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik pada minyak.
Proses netralisasi yang paling
sering digunakan dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda
kostik. Dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak dengan larutan soda
kostik, yang reaksipenyabunannya sebagai berikut:
R-COOH + NaOH R-COONa
+
Kondisi
reaksi yang optimum pad tekanan atmosfer adalah pada suhu 70,
dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser kesebelah
kanan.
Soda kostik yang direaksikan
biasanya berlebihan sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang
terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi
sebagai penetralilisir asam lemak bebas , juga memiliki sifat penghilang warna
(decoulorization).
Didalam proses netralisasi terjadi juga
prose degumming, Proses degumming bertujuan untuk
menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang bersifat koloidal,
seperti resin, gum, protein , dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada
prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan
flok-flok dari zat-zat terlarut dan zt-zat yang brsifat koloidal dalam minyak
mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan
dari minyak.
Proses degumming yang paling banyak
digunakan untuk dewasa ini adalah proses degummning dengan menggunakan asam.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah mengggumpalkan dan
mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat
dalam minyak mentah
2.
Proses
bleaching
Proses bleching (pemucatan )
dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam
minyak mentah baik yang terlarut ataupun yang terispersi.
Warna minyak mentah dapat berasal dari
warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO
menjadi minyak goreng . pigmen yang biasa terdapat didalam suatu minyak mentah
iyalah carotenoid yang berwarna merah atau kuning. Chlorophilida dan phaephytin
yang berwarna hijau.
Proses bleching yang digunakan adalah
proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap
(adsorben) yang memiliki aktivitas permukaaan yang tinggi untuk menyerap zat
warna yag terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap za warna, adsorben
juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloida lainnya seperti gum dan
resin.
Adsorben yang paling banyak digunakan
dalam proses bleaching minyak dan lemak
adalah tanah pemucat ( bleching earth) dan arang (carbon). Arang sangat efektif
dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru , tetapi karena harganya
terlalu mahalmaka dalam pemakainyanya biasanya dicampur dengan tanah pemucat
dengan jumlah yang disesuiakan terhadap jenid minyak mentah yang dipucatkan.
3.
Proses
deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak
untuk makanan. Senyawa –senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak
tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan
berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa
yang menpunyai volatilitas tinggi lainya. Kadar senyawa-senyawa tesebut diatas,
walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak,
kadarn ya antara 0,001- 0,01 %.
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan
adalah cara destilasi uap yang didasarkan pada perbedaan harga volatilitas
gliserida dengan senyawa- senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut,
dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap
yang digunakan adalah super heatedsteam (uap kering). Yang mudah dipisahkan secara
kondensasi.
Proses deodorisasi sangat dipengaruhi
oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu yang kesemuanya harus disesuaikan
dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistem proses yang digunakan.
Temperatut operasi dijaga agar tidak menyebabkan turut terdestilasinya
gliserida. Tekanan diusahain serendah mungkin agar minyak terlindung dari
oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakain uap. Pada sistem batch ini,
tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 .
4.
Proses
fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas
kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pad temperatur tertentu dan
disusul dengan pemisahan kedua fraksi tersebut. Fraksi yang menjadi kristal
adalah stearin dan yang tetap cair adalah olein.
Beberapa
proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu:
-
Fraksionasi kering
(fraksionasi tanpa pelarut)
-
Fraksionasi basah )
fraksionasi dengan pelarut )
-
Fraksionasi dengan
menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.
Proses farksionasi kering didasarka pada
pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia
apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan
filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70untuk
memperoleh cairan homogen dan kemudian didinginksn dengan air pendingin sampai
temperatur 40 , selanjutnya didinginkan sampai temperatur 20
dan dipertahankan sampai proses kristalisasi
dianggap selesai.